Seni budaya. Seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari sekolah dasar sampai pada sekolah menengah atas maupun kejuruan. Pelajaran seni budaya ini mencakup seni musik, seni rupa, dan juga seni tari. Namun dari ketiga kesenian tersebut, hanya pelajaran seni rupa lah yang peminatnya paling sedikit dan juga hilangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini. Entah mengapa hal ini terjadi. Fenomena ini sangat terlihat ketika siswa telah memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah atas. Padahal semasa mereka masih duduk di sekolah dasar, mereka senang sekali dengan mata pelajaran ini. Terpancar jelas kegembiraan dari raut wajah mereka. Mengapa fenomena ini terjadi dikalangan siswa sekolah menengah atas? apa yang menjadi faktor dari hilangnya antusias siswa terhadap pelajaran seni rupa?
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengajar atau guru seni rupa dalam memikat hati para siswa untuk menumbuhkan kembali antusias mereka terhadap pelajaran seni rupa ini. Mulai dari memberikan materi yang baru seperti membatik menggunakan canting, memahat, mengadakan lomba menggambar, pameran dan sebagainya. Namun, semua upaya tersebut hanya berpengaruh kecil terhadap antusias mereka. Hanya siswa yang benar- benar ingin menggeluti bidang ini dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi mengenai seni rupa lah yang sangat antusias.
Fenomena mengenai hilangnya antusias siswa dalam mempelajari seni rupa mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai penciptaan dan makna yang tersirat dalam karya seni itu sendiri, atau dikarenakan tidak adanya penghargaan dari seorang guru terhadap siswanya atas hasil karya yang mereka buat. Mungkin juga hal ini dikarenakan personality guru itu sendiri yang akhirnya menghilangkan minat dan antusias siswanya.
Dalam kenyataannya, hal ini sering kali terjadi. Antusias siswa terhadap pelajaran seni rupa hilang dikarenakan personality dari guru itu sendiri. Cara penyampaian materi yang membosankan, standart penilaian guru yang terlalu tinggi, kepribadian yang tidak menyenangkan, dan sebagainya. Namum hilangnya antusias dan minat siswa terhadap pelajaran seni rupa itu sendiri tidak hanya disebabkan oleh personality guru tersebut dan juga standart penilaian yang tinggi. Hilangnya antusias siswa terhadap pelajaran seni rupa mungkin juga dikarenakan materi yang diajarkan hanya menggambar saja, seperti gambar bentuk, gambar anatomi, maupun gambar perspektif.
Siswa akan sangat merasa bosan dengan materi yang diberikan apabila tidak adanya materi- materi lain yang diajarkan. Selain materi yang membosankan, fasilitas yang sangat minim dan alokasi waktu pembelajaran pada setiap pertemuan di kelas yang kurang dari satu jam, membuat materi yang disampaikan oleh guru menjadi tidak selesai. Hal ini mengakibatkan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran seni rupa menjadi rancu dan tidak dimengerti oleh siswa yang akhirnya mengubah pemikiran siswa mengenai pelajaran seni rupa menjadi tidak penting dan mereka hanya mengutamakan pelajaran eksak semata.
Masalah ini diperkuat dengan penjelasan dari dosen senoir seni rupa yaitu Dr. Cut Kamaril Wardani (2004) yang mengungkapkan atau memberi komentar bahwa dunia pendidikan dan masyarakat kita masih sangat silau dan takjub dengan segala sesuatu yang berkait dengan science dan matematika yang pada akhirnya menunjukkan adanya ketidak seimbangan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ilmu pengetahuan alam, matematika dan teknologi memang penting untuk menghadapi kehidupan generasi penerus bangsa namun sadarkah kita bahwa bangsa ini dihargai oleh dunia internasional karena kekayaan seni budayanya yang tak ada bandingnya di dunia ini.
Semua itu hanyalah sebagian kecil dari permasalahan yang ada mengenai mengapa minat dan antusias siswa hilang terhadap pelajaran seni rupa yang dulu sangat mereka senangi.
Kini, tugas kami mahasiswa pendidikan seni rupa dan juga para guru mata pelajaran seni rupa lah yang harus ekstra kerja keras untuk mengembalikan minat dan antusias sisawa dalam mempelajari seni rupa. Entah dengan apa cara mengembalikan minat mereka. Mungkin dengan memperbaharui materi- materi yang akan disampaikan, memberikan penghargaan atau apresiasi terhadap hasil karya siswa, tidak mematok setandart nilai yang tinggi, mengadakan pameran, studi kasus atau menyambangi museum seni rupa yang berada di jakarta kota dan sebagainya.
Yang tidak kalah pentingnya dari revolusi belajar seni rupa adalah memperbaiki personality pendidik itu sendiri. Karena berdasarka fakta yang saya dapatkan dari sebagian besar murid SMA di Cikarang, mereka mengatakan bahwa personality guru itu sendiri lah yang membuat mereka jenuh akan pelajaran tersebut.
Oleh karena itu, perbaikilah semuanya dari sekarang. Mulai dari fasilitas di sekolah, alokasi waktu pelajaran seni rupa yang harus dilebihkan dari satu jam, perbanyak praktek lapangannya dari pada teori, dan semua yang menyangkut pelajaran seni rupa. Semoga semua upaya tersebut dapat mengembalikan minat dan antusias siswa dalam mempelajari seni rupa yang akan berakibat meningkatnya jumlah siswa yang akan meneruskan ke perguruan tinggi dan mengambil jurusan pendidikan seni rupa. Dan juga mengembalikan keceriaan dan kegembiraan mereka dalam mempelajari senin rupa seperti sewaktu mereka sekolah di sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar